Minggu, 13 September 2009

Pemimpin yang Zalim Penghalang Ijabahnya Doa

Sebagaimana dimaklumi bahwa umumnya kaum muslimin ketika berdoa kepada
Allah swt, mereka ingin doanya diijabah oleh-Nya. Sebagian mereka
memfokuskan doanya pada permohonan rizki, perlindungan, pengampunan
dosa, kebahagiaan, keselamatan di dunia dan akhirat, dan lainnya.
Tetapi, barangkali yang terbanyak dari kaum muslimin fokus doanya
adalah rizki dalam arti materi, walaupun rizki juga meliputi ilmu,
anak, dan lainnya.

Mengapa doa umumnya kita terfokus pada rizki dalam makna materi? Ini
menunjukkan negeri dan pemeperintahan kita sedang dilanda krisis
ekonomi. Bukan hanya krisis bahkan sudah berada diambang bahaya.
Anehnya, mengapa ratusan juta bangsa kita, khusunya kaum muslimin,
doanya tidak dapat merubah kondisi ekonomi? Padahal hampir setiap
hari, paling tidak lima kali hari sesudah shalat berdoa dan memohon
keluasan pintu rizki.

Mengapa Allah swt belum juga mengijabah doa ratusan ribu kaum
muslimin? Padahal Allah swt berjanji: "Berdoalah kepada-Ku, pasti Aku
ijabah doamu." Apakah Allah swt mengingkari janji-Nya? Tentu
jawabannya: Dia tidak pernah mengingkari janji-Nya.

Mari kita telusuri penyebab utamanya, khususnya yang berkait dengan
rizki. Jika kita meyakini bahwa negeri kita adalah negeri yang kaya,
semestinya bangsa tidak sengsara secara materi. Ini kesimpulan logika
kita. Jika ternyata bangsa kita secara mayoritas berada kondisi yang
sengsara, maka ini jelas ada sesuatu yang salah: Tidak punya kemampuan
ilmu untuk menggali kekayaan alam kita atau karena kezaliman,
kerakusan, dan lainnya?

Allamah Thabathaba'i dalam tafsirnya Al-Mizan tentang surat An-Naml:
62, mengatakan:
Allah swt berfirman:

أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَ يَكْشِفُ السُّوءَ وَ يَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأَرْضِ أَ ءِلَهٌ مَّعَ
اللَّهِ قَلِيلاً مَّا تَذَكرُونَ
"Siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam puncak kesengsaraan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan serta
yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah
ada Tuhan yang lain? Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya. "(An-Naml: 62)

Berdasarkan kontek kalimatnya, ayat ini mengkaitkan ijabahnya doa
orang-orang yang sangat sengsara dengan kekhalifahan dan kepemimpinan
di muka bumi. Yakni apakah kepemimpinan itu berdasarkan kehendak Ilahi
atau hawa nafsu manusia. Makna dikuatkan oleh firman Allah swt:

وَ إِذْ قَالَ رَبُّك لِلْمَلَئكَةِ إِنى جَاعِلٌ فى الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَ تجْعَلُ فِيهَا مَن
يُفْسِدُ فِيهَا وَ يَسفِك الدِّمَاءَ وَ نحْنُ نُسبِّحُ بحَمْدِك وَ نُقَدِّس لَك قَالَ إِنى أَعْلَمُ مَا لا
تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (Al-Baqarah: 30)

Sebagaimana kita maklumi bahwa kebijakan seorang pemimpinan akan
berdampak luas pada kehidupan manusia. Sehingga kesusahan, kesulitan
dan penderitaan sangatlah berkait erat dengan kebijakan seorang pemimpin.

Ketika rakyat berada dalam puncak kesengsaraan, mereka berdoa kepada
Allah swt, bergantung dan berlindung kepada-Nya agar mereka terlepas
dari kesengsaraan. Di sini siapakah yang menjadi penghalang? Pemimpin
yang zalim, sistem dan kebijakannya, atau rakyatnya juga terlibat
dalam kezaliman.

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) pernah mengatakan: "Tidak akan terjadi
kezaliman kecuali ada kerjasama antara yang menzalimi dan yang mau
dizalimi."

Pernyataan Imam Ali (sa) ini sangatlah logis, yakni khususnya di
negeri yang menganut system demokrasi. Siapakah yang memilih pemimpin
yang zalim? Jawabannya moyoritas rakyat yang dizalimi. Secara logis
rakyat yang memilihnya, mereka ikut andil dalam kezaliman.
Na'udzulullah, semoga kita tidak termasuk di dalamnya. Yakni dosa
politik yang berdampak luas menyengsarakan ratusan juta manusia.

Jika kita terlibat dalam kezaliman sistem dan kebijakan, yakni
terlibat memilih pemimpin yang zalim. Maka, kita juga andil dalam
dosa yang menyengsarakan ratusan juta manusia, terlibat juga menjadi
penghalang ijabahnya doa orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam
memohon kepada Allah swt. Lalu apa alasan kita kelak di hadapan
Mahkamah Agung Ilahi? Sudahkan kita mempersiapkan jawabannya? Di sana
tidak ada peluang sedikitpun untuk merekayasa jawaban, apalagi melobi
dari pintu belakang. Semua jiwa dan raga kita akan menjadi saksi, juga
kawan dan lawan, kerabat dan sahabat yang mengetahui prilaku kita di
dunia. Bahkan orang terdekat kita juga akan menjadi saksi yaitu anak
dan isteri.

Dosa yang menyengsarakan ratusan juta manusia dan orang-orang yang
dicintai Allah swt, dan menghalangi doa mereka, jelas itu adalah dosa
besar yang sulit diampuni dan tak mudah dibukakan pintu taubat,
kecuali mereka yang disengsarakan dan dizalimi memaafkan. Akankah
mereka memaafkan? Belum lagi mereka yang sudah meninggal. Sepanjang
mereka tidak memaafkan, maka Allah swt tidak mengampuninya dan tidak
membukan pintu taubat baginya.

Kembali pada ijabahnya doa. Allah swt berjanji pada hamba-Nya:

ادْعُونى أَستَجِب لَكمْ
"Berdoalah kepada-Ku, pasti Aku ijabah doamu." (Al-Mukmin: 60)

وَ لَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَ اتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيهِم بَرَكَتٍ مِّنَ السمَاءِ وَ الأَرْضِ وَ
لَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَهُم بِمَا كانُوا يَكْسِبُونَ
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.
Tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatan mereka." (Al-A'raf: 96)

Sehubungan dengan surat An-Naml: 62, Allamah Thabathaba'i mengutip
riwayat dari tafsir Al-Qumi:
Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata: "Ayat ini turun berkait dengan
kepemimpinan Al-Mahdi (sa) dari keluarga Muhammad saw. Demi Allah,
orang yang dalam kesusahan, apabila ia melakukan shalat dua rakaat
dalam kondisi itu dan berdoa kepada Allah azza wa jalla, niscaya Dia
mengijabah doanya dan menghilangkan kesusahan, dan Dia menjadikan
Al-Mahdi (sa) seorang khalifah di bumi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

up to you...!